Untuk Ibu, Tentang Pengorbanan dan Keikhlasan

Apa itu pengorbanan jika kamu masih mempertimbangkan dampak baik buruknya bagimu? Apa artinya berkorban jika kamu masih punya pikiran apakah akan menyesal dan menyalahkan dirimu sendiri nantinya? Pengorbanan seharusnya tidak bisa diukur, sebab ia sudah jelas memiliki skala mutlak yaitu ikhlas.

Saya tidak melakukan sebuah pengorbanan karena ada alasan saya untuk melakukannya. Saya berkorban karena pengorbanan yang telah ia berikan jauh lebih besar, berlipat-lipat hingga saya pun tak mampu menghitung berapa kali ia sudah berkorban.

Ibu saya, yang jatuh sakit 1 bulan setelah saya wisuda. Saya pulang-pergi dari rumah, rumah lek, dan tempat berobat rutin saya lakukan. Saya hampir kacau, segala ujian saya tanggapi dengan berpura-pura lupa pada cobaan yang tengah menimpa keluarga saya, pada ibu.

Ayah saya berulang kali selalu bilang, “Jangan pikirkan apapun, fokus saja audit” Bagaimana bisa? Ketika hari-hari seorang anak diisi dengan keadaan ibunya yang sedang sakit.

Setelah lulus, saya langsung audit perusahaan yang ada di Jkt. Saat itu saya menjadi Junior Auditor di Kantor Akuntan Publik. Tidak berlangsung lama, tapi saya benar-benar mensyukuri ilmunya.

Saya menjadi perawat seutuhnya untuk ibu. Ibu saya bertingkah seperti anak kecil, hingga suatu saat saya bertanya padanya tentang kenapa ibu sedih dan marah. Dia bilang, “Sudah jangan urus ibu terus, kamu kapan nanti kerjanya”

Saya bilang pada ibu, bahwa saya bisa bekerja freelance yang bisa saya kerjakan sambil merawatnya. Alhamdulillah dengan kondisi otak yang semrawut, saya masih bisa berpikir untuk seluruh project yang tengah saya kerjakan. ibu saya ikut senang.

Ini adalah kesempatan untuk saya. waktu yang tepat untuk saya berbakti sepenuhnya.

Post a Comment

0 Comments