KALKULASI BIAYA BERDASAR AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING/ABC)
HALAMAN SAMPUL........................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas................................................................
2.2 Kalkulasi Biaya Overhead Pabrik
Berdasar Aktivitas....................................
2.3 Ilustrasi Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas...................................................
2.4 Ilustrasi Kalkulasi Biaya Tradisional dan ABC..............................................
2.5 Kalkulasi Biaya Berdasarkan Just In Time (JIT).............................................
2.6 Ilustrasi Kalkulasi Biaya Tradisional ABC dan
JIT........................................
2.7 Ilustrasi Keputusan Manajemen......................................................................
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi manajemen adalah faktor
penting untuk mengoperasionalkan perbaikan berkelanjutan, meningkatnya
persaingan harus terus mencari berbagai cara untuk unggul dari perusahaan lain,
contohnya dengan mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Nilai terhadap
pelanggan sangat penting sehingga perusahaan dituntut agar memberikan barang
atau jasa yang bermanfaat bagi penggunanya dan tentunya berkualitas dengan
harga yang terjangkau.
Memperbaiki berbagai proses berarti
memperbaiki cara berbagai aktivitas yang terkait, jadi manajemen berbagai
aktivitas, bukan biaya adalah kunci keberhasilan pengendalian bagi perusahaan
yang beroperasi dalam lingkungan perbaikan yang berkelanjutan. Perwujudan dari
berbagai aktivitas tersebut adalah hal penting untuk perbaikan perhitungan
biaya dan pengendalian yang lebih baik agar mengarah pada pandangan baru atas
berbagai proses bisnis yang disebut sebagai aktivitas manajemen.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Kalkulasi Biaya?
2. Mengapa Perlu Untuk Mengkalkulasikan
Biaya?
3.
Bagaimana Kalkulasi Biaya Overhead Pabrik Berdasar Aktivitas?
4.
Bagaimana Ilustrasi Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas?
5.
Bagaimana Ilustrasi Kalkulasi Biaya Tradisional dan ABC?
6.
Bagaimana Kalkulasi Biaya Berdasarkan Just In Time (JIT)?
7.
Bagaimana Ilustrasi Kalkulasi Biaya Tradisional ABC dan JIT?
8. Bagaimana Ilustrasi Keputusan
Manajemen?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dari
Kalkulasi Biaya
2. Mengapa Perlu Untuk Mengkalkulasikan
Biaya
3.
Untuk Mengetahui Bagaimana Kalkulasi Biaya Overhead Pabrik Berdasar Aktivitas
4.
Untuk Mengetahui Bagaimana Ilustrasi Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas
5.
Untuk Mengetahui Bagaimana Ilustrasi Kalkulasi Biaya Tradisional dan ABC
6.
Untuk Mengetahui Bagaimana Kalkulasi Biaya Berdasarkan Just In Time (JIT)
7.
Untuk Mengetahui Bagaimana Ilustrasi Kalkulasi Biaya Tradisional ABC dan JIT
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Ilustrasi
Keputusan Manajemen
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas (Activity Based Costing atau ABC)
Menurut
Darsono dan Purwanti, (2009 ; 43) “Kalkulasi
biaya atau costing adalah cara perhitungan biaya baik biaya produksi maupun
biaya produk.” Yang dimaksud biaya produksi (production cost) adalah biaya bahan
langsung ditambah biaya upah langsung ditambah biaya overhead, dan yang
dimaksud biaya produk adalah seluruh biaya untuk menghasilkan produk yang siap
dijual, unsur-unsurnya adalah seluruh biaya untuk menghasilkan produk yang siap
dijual, unsur-unsurnya adalah : (1) biaya pra-produksi, (2) biaya produksi, (3) biayapost
produksi, yaitu biaya usaha (coomercial cost) yang terdiri dari biaya pemasaran
dan biaya administrasi; didalam biaya pemasaran ini terkandung biaya layanan
purna jual.
Kalkulasi
biaya berdasar aktivitas pada umumnya digunakan untuk perusahaan yang memiliki
beberapa jenis produk, Contohnya adalah perusahaan Unilever yang memproduksi
berbagai macam sabun mandi, sabun cuci, dsb. Perusahaan semacam ini aktivitas
biaya overhead pabrik dikonsumsi secara bersama-sama oleh berbagai macam
produk, Oleh sebab itu biaya overhead pabrik harus ditelusur berdasar aktivitas
produk yang mengkonsumsinya.
Menurut
Darsono dan Purwanti, (2009 : 43) ”Kalkulasi
biaya berdasar aktivitas adalah perhitungan biaya produk didasarkan aktivitas
nyata pengorbanan input untuk memperoleh output.”
Setiap produk harus ditelusuri biayanya berdasarkan aktivitas untuk mencipta
produk tersebut, mulai dari riset pasar sampai dengan pelayanan purna jual.
Tujuannya
adalah untuk menentukan objek biaya
secara akurat.
Keakuratan biaya produk menentukan
keakuratan kebijakan harga. Biaya produk yang akurat, kebijakan harga lebih
mudah ditentukan. Di samping itu biaya produk yang akurat, perhitungan
laba-rugi usaha mencerminkan kondisi bisnis yang sesungguhnya. Laba harus dihitung secara cermat
berdasarkan kondisi pasar dan kondisi biaya keseluruhan kehidupan produk.
Manajemen harus menyesuaikan biaya dengan kondisi pasar melalui : (1) pengurangan
biaya pengembangan produk, (2) pengurangan biaya pemasaran, (3) melalui
pengendalian biaya produksi.
Biaya
produk model aktivitas bertujuan untuk memenuhi keperluan intern perusahaan
yaitu untuk pengambilan keputusan, misalnya untuk menetapkan harga penawaran,
maka biaya-biaya yang berhubungan dengan produk harus dibebankan kepada produk
yang bersangkutan, kemudian dihitung biaya per unitnya. Hakikatnya biaya produk
per unit adalah (Biaya bahan langsung + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya
overhead + biaya pemasaran + Biaya admnistrasi) dibagi unit yang di produksi
atau jumlah produk dibagi unit yang produk yang siap dijual. Sebelum dihitung biaya per unit suatu produk,
terlebih dahulu harus dilakukan pengukuran kegiatan, biaya satuan kegiatan, dan
pembebanan biaya.
2.2.
Kalkulasi Biaya Overhead Pabrik Berdasar Aktivitas
Program kerja melahirkan aktivitas; aktivitas
menyerap sumber daya perusahaan yang dapat diukur dengan satuan uang.
Pengorbanan sumber daya untuk melakukan aktivitas dalam melaksanakan program
kerja disebut biaya. Berdasar katagorisasi aktivitas, suatu perusahaan
aktivitasnya dapat dirinci sebagai berikut :
1.
Tingkat
unit, pengujian dan pemeriksaan produk
2.
Tingkat
batch, pembelian bahan, penerimaan bahan, penyiapan batch
3.
Tingkat
produk, riset pasar, perancangan dan pengembangan produk, proses produksi,
pemasaran, dan layanan purna jual
4.
Tingkat
fasilitas, penyediaan fasilitas atau peralatan produksi dan penyediaan ruangan
Tiap unsur biaya dihitung biaya per
unitnya berdas aktivitas yang menggerakkan biaya tersebut. Misalnya pada
tingkat unit, biaya pengujian produk dibagi jumlah jam pemeriksaan akan
menghasilkan biaya per unit pengujian (pemeriksaan) yang digunakan. Dengan
demikian model kalkulasi biaya produk berdasar aktivitas memiliki keakuratan
tinggi karena kalkulasi biaya produk ditingkatkan dengan menciptakan kelompok
biaya dan mengidentifikasikan penggerak aktivitas yang dapat digunakan untuk
membebankan biaya ke setiap kelompok produk.
2.3 Ilustrasi Kalkulasi Biaya
Berdasar Aktivitas
Suatu perusahaan memproduksi dua jenis
produk A dan b. Biaya bahan untuk A dan B masing-masing Rp 600 dan rp 150.
Biaya upah langsung untuk A dan B masing-masing Rp 200 dan rp 50. Unit
diproduksi A = 200 unit dan B = 100 unit. Aktivitas overhead pabrik actual yang
berhubungan dengan kedua jenis produk disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Aktivitas
Overhead Pabrik
Keterangan
|
A
|
B
|
Pemeliharaan mesin dan peralatan
|
200 Jam
|
100 Jam
|
Penanganan bahan
|
30 Jam
|
20 Jam
|
Persiapan batch
|
10 Jam
|
5 Jam
|
Tabel 4.2
Biaya
Overead Pabrik yang Dianggarkan
Keterangan
|
Biaya
|
Aktivitas
|
Pemeliharaan mesin dan peralatan
|
Rp
250
|
500 Jam
|
Penanganan bahan
|
Rp 300
|
60 Jam
|
Persiapan mesin
|
Rp 450
|
15 Jam
|
Berdasar
data di atas maka kalkulasi biaya produksi berdasar aktivitas dapat disajikan
Tabel 4.3
Tabel 4.3
Kalkulasi
Biaya Berdasar Aktivitas (Activity Based Costing)
Keterangan
Tabel 4.3 :
Tarif
overhead pabrik berdasar aktivitas :
1) Pemeliharaan (Rp 250/500 jam) = Rp 0,5
2) Penanganan
Bahan (Rp 300/60) = Rp 5,0
3) Perisiapan
mesin (Rp 450/15) = Rp 30,0
4) * Rp
0,5 X 200 jam = Rp 100,- Rp 0,5 X 100
jam = Rp 50,0
5) ** Rp 5 X 30 jam = Rp 150,- Rp 5 X 20
jam = Rp 100,0
6) ***
Rp 30 X 10 jam = Rp 300,- Rp 30 X 5 jam = Rp 150,0
2.4 Ilustrasi
Kalkulasi Biaya Tradisional dan ABC
Dalam kalkulasi
biaya produksi terjadi perbedaan antara model tradisional dengan model ABC.
Teknik penyajian model tradisional hanya menggunakan satu tariff biaya overhead
pabrik, sedangkan model ABC menggunakan beberapa tariff biaya overhead pabrik,
Teknik kedua model tersebut disajikan dalam Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Untuk
menjajikan kedua model kalkulasi tersebut, dalam Tabel 4.4 disajikan data
akuntansi sebagai bahannya.
Tabel 4.4
Data
Akuntansi
Keterangan
tentang pembebanan biaya overhead pabrik ke proses produksi :
1) Model
Traditional Costing, didasarkan pada jam mesin
2) Model
Activity Based Costing-ABC, didasarkan pada aktivitas
Berdasar data di atas
dapat disajikan perhitungan biaya dalam Tabel 4.5 dan 4.6
Tabel 4.5
Kalkulasi Biaya Tradisional
Keterangan Tabel 4.5
1)
Total biaya
overhead Rp 1.000.000. Tarif BOP = (Rp 1.000.000/5.000 jam mesin) = Rp 200
2)
BOP dibebankan :
A = 4000 x Rp 200 = Rp 800.000; B = 1.000 x Rp 200 = Rp 200.000
Tabel 4.6
Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas (Activity Based
Costing)
Keterangan
Tabel 4.6
Tarif
biaya overhead pabrik berdsarkan aktivitas :
1) Pemeliharaan
: (Rp 250.000/5000) = Rp
50/jam mesin
2) Penanganan
bahan : (Rp 300.000/600) = Rp
500/jam penanganan bahan
3) Persiapan
mesin : (Rp 450.000/150) =
Rp 3.000/jam persiapan mesin
Pembebanan
BOP ke masing-masing produk dapat disajikan dalam Tabel 4.7
Tabel 4.7
Pembebanan BOP
2.5.
Kalkulasi Biaya Berdasarkan Just In Time (JIT)
Disamping
kalkulasi biaya model Tradisional dan ABC, terdapat model lain yang disebut
kalkulasi biaya Just In Time . model ini bertujuan untuk menghilangkan
pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas yang
diminta pelanggan. Model ini dapat disebut persediaan, dapat menetapkan letak
pabrik yang efektif dan efisien, dapat mengelompokkan dan memberdayakan
karyawan sesuai dengan bakat dan pengetahuannya, dan dapat mengadakan
pengendlian mutu total serta biaya overhead sangat mudah dilacak dan dibebankan
kepada produk.
Menurut Darsono dan Purwanti (2009 : 48) ”Kalkulasi baya tepat waktu
adalah pengorbanan sumber daya untuk mencipta output yang hanya diminta
pelanggan yang didasarkan pada penghematan biaya persediaan, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik lainnya.” Para pemasok harus
menyediakan material pada saat digunakan dalam proses produksi. Jadi tidak ada
biaya persediaan material. Dengan model ini, pemasok memegang peranan penting.
Oleh sebab itu ia harus menjadi partner bisnis yang loyal dan memiliki
kemampuan yang tinggi. Perusahaan harus membina dan membantu pemasok bukan
dengan menekan pemasok dengan harga yang rendah.
Di
samping itu perusahaan harus mengadakan kontrak pembelian jangka panjang dengan
pemasok dengan harga yang fleksibel. Kualitas material dan ketepatan penyerahan
adalah faktor utama; harga dapat dinegosiasi saling menguntungkan. Dengan cara
ini, perusahaan hanya sedikit mempunyai pemasok. Letak
pabrik berupa sel manufaktur. Perusahaan yang memproduksi beberapa produk harus
ditata dalam beberapa sel manufaktur. Setiap sel menghasilkan produk tertentu
atau satu produk yang dimulai dari awal proses sampai akhir proses menjadi
produk jadi (finished goods)
Pekerja
pabrik harus memiliki keterampilan yang beragam karena harus melayani berbagai
macam alat kerja, tidak ada spesialisasi dalam sistem JIT. Pekerja harus
dilatih dan dididik, jika alat kerja baru digunakan.dengan demikian pekerja
ditunut terus menerus mengembangkan pengetahuannya dan meningkatkan
keterampilannya berdasar perkembangan alat kerja. Para pekerja harus mampu
melayani semua kegiatan sel manufaktur mulai menata (setup) mesin, penyediaan
bahan dekat proses produksi, pemeliharaan alat kerja, memeriksa kualitas, dan
melakukan kebersihan pabrik.
Para
pekerja pabrik memiliki otoritas penuh utuk melangsungkan aktivitas atau
menghentikannya, karena mereka adalah praktisi langsung yang mengetahui seluk
beluk dalam sel manufaktur. Manajer hanya sebagai fasilitator bukan sebagai
supervisi. Dengan model JIT, pekerja menjadi pekerja yang memiliki kreativitas
tinggi dan tanggungjawab besar, dampaknya pabrik bekerja efektif, efisien,
produktif dan menguntungkan.
Sistem
JIT hakikatnya
adalah pengendalian mutu total (total quality control-TQC),dimana pekerja
bertanggungjawab mulai proses awal sampai produk jadi yang berkualitas tanpa
cacat. Sistem ini berbeda dengan sistem tradisional yang mengizinkan tingkat
mutu yang dapat diterima (acceptale quality level-AQL). Berikut ini dalam tabel
4.8 disajikan perbedaan sistem JIT dan Tradisional.
Biaya overhead pabrik dibebankan ke
produk berdasar penelusuran langsung. Unsur biaya overhead pajak, asuransi dan
penyusutan pabrik, dialokasikan ke produk, yang lainnya menggunakan penelusuran
langsung, misalnya bahan langsung, upah langsung, penanganan bahan, perbaikan
dan pemeliharaan peralatan pabrik, energi listrik, manajer pabrik, perlengkapan
pabrik, penyusutan peralatan, dan sebagainya.
Tabel 4.8
Perbedaan Sistem
JIT dan Tradisional
Just
In Time
|
Tradisional
|
Persediaan
tidak signifikan
|
Persediaan
signifikan
|
Jumlah
pemasok kecil
|
Jumlah
pemasok banyak
|
Kontrak
jangka panjang dengan pemasok, pemasok adalah partner yang dibina
|
Kontrak
jangka pendek dengan pemasok, pemasok adalah pihak yang dieskploitir
|
Tenaga
kerja multi-ahli
|
Tenaga
kerja terspesialisasi
|
Jasa
terdesentralisasi
|
Jasa
tersentralisasi
|
Keterlibatan
pegawai tinggi, loyalitas tinggi, kerja sepanjang massa
|
Keterlibatan
pegawai rendah, kerja mencari upah, tidak ada loyalitas, sering pindah kerja
|
Gaya
manajemen partisipatif
|
Gaya
manajemen otoriter
|
Pengendalian
mutu total
|
Pengendalian
mutu terbatas
|
Biaya
Per Unit Model JIT
Kalkulasi
biaya model JIT sangat mudah sekali. Misalnya perusahaan memiliki 3 produk,
dikerjakan dalam 3 sel manufaktur, yaitu K, L, M. Tiap-tiap sel manufaktur
sudah diketahui biaya overheadnya, biaya tenaga kerjanya, dan biaya bahan
langsung nya. Kalkulasi biaya model JIT disajikan dalam tabel 4.9.
Kalkulasi biaya model JIT adalah
yang paling mudah teknik perhitungannya karena biaya overhead pabrik sudah
dikelompokkan pada tiap-tiap sel manufaktur. Dengan demikian tidak diperlukan
alokasi atau pembebanan biaya overhead pabrik seperti pada kalkulasi biaya
tradisional dan model ABC. Model JIT pada umumnya digunakan pada
perusahaan-perusahaan Jepang.
Tabel 4.9
Kalkulasi Biaya
Produksi JIT
2.6 Ilustrasi
Kalkulasi Biaya Tradisional ABC dan JIT
Ilustrasi
semacam ini telah diperagakan dalam bab 5 yaitu kalkulasi biaya model
tradisional dengan model ABC untuk melengkapi perbedaan dengan model kalkulasi
model JIT, dalam tabel 4.10 disajikan data akuntansi untuk ketiga model
tersebut.
Tabel 4.10
Data Akuntansi
Keterangan
tentang perbedaan biaya overhead pabrik ke proses produksi
1) Model
Tradisional Costing, didasarkan pada jam mesin
2) Model
Activity Based Costing -ABC), didasarkan pada aktivitas
3) Model
Just In Time (JIT), didasarkan pada jumlah biaya sel
Berdasarkan
data akuntansi pada tabel 4.3 dapat disajikan kalkulasi biaya model
tradisional, ABC, dan JIT dalam Tabel 4.11, 4.12, dan 4.13.
Tabel 4.11
Kalkulasi
Biaya Tradisional
Keterangan
Tabel 4.11
1) Total
biaya overhead Rp 1.000.000. Tarif BOP = (Rp 1.000.000/5.000 jam mesin) = Rp
200
2) BOP
dibebankan : A = 4.000 x Rp 200 = Rp 800.000; B = 1.000 x Rp 200 = Rp 200.000
Tabel 4.12
Kalkulasi
Biaya Berdasar Aktivitas
Keterangan
Tabel 4.12: Tarif biaya overhead pabrik berdasar aktivitas :
1) Pemeliharaan
: (Rp 250.000/5000) = Rp 50/jam mesin
2) Penanganan
bahan : (rp 300.000/600) = Rp 500 per jam penanganan bahan
3) Persiapan
mesin : (Rp 450.000/150=Rp 3000 per jam persiapan mesin
4) Pembebanan
BOP seperti disajkan dalam tabel 4.7
Tabel 4.13
Kalkulasi Biaya
Berdasar Just In Time (JIT) atau Tepat Waktu
Keterangan
Tabel 4.13 :
Biaya
per unit sistem produksi JIT paling akurat
karena semua biaya dapat ditelusuri langsung ke masing-masing produk.
2.7. Ilustrasi Keputusan Manajemen
Perusahaan
memiliki anak-anak perusahaan yang masing-masing mempunyai masalah dalam
kalkulasi biaya. Kedua anak perusahaan itu adalah :
Perusahaan A
Memproduksi
dua jenis komoditi yaitu A1 dan A2 yang diproduksi dengan biaya overhead pabrik
empat aktivitas yaitu permesinan, persiapan, penerimaan pesanan dan pengemasan.
Data yang tersedia
adalah :
Manajemen membutuhkan informasi: (1) Klasifikasi biaya
overhead pabrik sebagai tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk, dan
tingkat fasilitas, (2) Kelompok biaya sejenis berdasar aktivitas, (3) Tarif
biaya overhead berdasar aktivitas, (4) Pembebanan biaya ke masing-masing
produk, jika diketahui biaya utama produk A1 sebesar Rp 4.000 dan A2 sebesar Rp
5.000.
Perusahaan
B
Perusahaan memproduksi
2 jenis komoditi yaitu BA dan BB. Data pada awal tahun :
Biaya
overhead dibebankan dengan menggunakan jam tenaga kerja langsung , Manajemen
puncak mengintruksikan agar produk BA dikembangkan namun ditolak oleh direktur
pabrik dengan alasan bahwa biaya overhead harus dialokasikan berdasar penggerak
aktivitas, informasi dari Akuntan Internal tentang produksi dan biaya overhead
adalah sebagai berikut:
Keterangan tarif kelompok adalah
biaya per unit dari penggerak aktivitas. Manajemen meminta informasi: (1) Laba
kotor dan (2) Biaya overhead pabrik per unit, (3) Rekomendasi atas permintaan
manajemen puncak.
Solusi
Perusahaan A
Solusi
1: Aktivitas
1. Aktivitas
tingkat unit adalah permesinan
2. Aktivitas
tingkat batch adalah persiapan dan pengemasan
3. Aktivitas
tingkat produk adalah penerimaan pesanan
4. Aktivitas
tingkat fasilitas adalah tidak ada
Solusi
Perusahaan A
Solusi 1 : Aktivitas
1.
Aktivitas
tingkat unit adalah permesinan
2.
Aktivitas
tingkat batch adalah persiapan dan pengemasan
3.
Aktivitas
tingkat produk adalah penerimaan pesanan
4.
Aktivitas
tingakat fasilitas adalah tidak ada
Solusi 2 : Kelompok dan Penggerak
1.
Kelompok
1 tingkat unit : biaya permesinan Rp. 2.000; penggerak aktivitasnya jam mesin
2.
Kelompok
2 tingkat batch : biaya persiapan (Rp. 75) dan pengemasan (Rp. 300), penggerak
aktivitasnya permintaan untuk persiapan dan pengemasan.
3.
Kelompok
3 tingkat produk : biaya penerimaan pesanan (Rp. 45), penggerak aktivitasnya
penerimaan pesanan.
Solusi
3 : Tarif Biaya Overhead
Perhitungan
Tarif Biaya Overhead
Keterangan
|
Perhitungan
|
(Rp)
|
Kelompok
1
|
Rp.
2.000/2.000 Jam
|
1.00/Jam
mesin
|
Kelompok
2
|
Rp.
375/150 per Persiapan
|
2.50/per
Persiapan
|
Kelompok
3
|
Rp.
450/300 Pesanan
|
1.50/Persiapan
|
Solusi 4 : Pembebanan
Biaya Overhead
Produk A1
Keterangan
|
Perhitungan
|
(Rp)
|
Kelompok
1
|
1.000 X Rp.1
|
1.000
|
Kelompok
2
|
100 X Rp.2,50
|
250
|
Kelompok
3
|
100 X Rp.1,50
|
150
|
Jumlah
|
1.400
|
Produk A2
Keterangan
|
Perhitungan
|
(Rp)
|
Kelompok
1
|
1.000 X Rp.1
|
1.000
|
Kelompok
2
|
50 X Rp.2,50
|
125
|
Kelompok
3
|
200 X Rp.1,50
|
300
|
Jumlah
|
1.425
|
Solusi 5 : Harga Pokok
Produksi
Produk A1
Keterangan
|
(Rp)
|
Biaya
utama
|
4.000
|
Biaya
overhead pabrik
|
1.400
|
Jumlah
|
5.400
|
Unit
diproduksi 1.000 unit
|
|
Biaya
per unit
|
5,40
|
Produk A2
Keterangan
|
(Rp)
|
Biaya
utama
|
5.000
|
Biaya
overhead pabrik
|
1.425
|
Jumlah
|
5.425
|
Unit
diproduksi 1.000 unit
|
|
Biaya
per unit
|
5,425
|
Solusi Perusahaan B
Solusi 1 : Laba Kotor
Keterangan
|
Produk
BA (Rp)
|
(%)
|
Produk
BB (Rp)
|
(%)
|
Harga
|
90
|
100
|
80
|
100
|
Biaya
produksi
|
51
|
56
|
50
|
62
|
Laba
kotor
|
39
|
44
|
30
|
38
|
Unit
dijual
|
100
|
800
|
||
Total
laba kotor
|
Rp. 3.900
|
Rp. 2.400
|
Solusi 2 : Biaya
overhead per unit
Keterangan
|
Produk
BA (Rp)
|
Produk
BB (Rp)
|
Tingkat
Unit
|
||
Permesinan:
|
||
Rp.
10 X 100
|
1.000
|
|
Rp.
10 X 300
|
3.000
|
|
Tingkat
Batch
|
||
Persiapan:
|
||
Rp.100
X 30
|
3.000
|
|
Rp.100
X 20
|
2.000
|
|
Pengemasan:
|
||
Rp.
2 X 100
|
200
|
|
Rp.
2 X 400
|
800
|
|
Tingkat
Produk
|
||
Rekayasa
teknik:
|
||
Rp.
3 X 50
|
150
|
|
Rp.
3 X 100
|
300
|
|
Tingkat
fasilitas
|
||
Ruangan:
|
||
Rp.
1 X 200
|
200
|
|
Rp.
1 X 800
|
800
|
|
Jumlah
|
4.450
|
6.900
|
Unit
diproduksi
|
100
|
800
|
Biaya
overhead per unit
|
44,50
|
8,62
|
Laba per Unit
Keterangan
|
Produk
BA (Rp)
|
Produk
BB (Rp)
|
Pendapatan
|
90,00
|
80,00
|
Biaya
utama
|
50,00
|
40,00
|
Biaya
overhead
|
44,50
|
8,62
|
Laba
kotor per unit
|
(4,50)
|
31,38
|
Unit
dijual
|
100
|
800
|
Total
laba (rugi) kotor
|
(Rp. 450)
|
Rp. 25.104
|
Solusi 3 : Rekomendasi
Jika manajemen puncak mengambil keputusan berdasar
laba kotor model tradisional, maka keputusan tersebut adalah salah. Dengan
model pembebanan biaya berdasar aktivitas, produk BB adalah produk yang harus
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prawironegoro, Darsono dan Ari, P., Akuntansi Manajemen, Edisi 3, 2009, Mitra Wacana Media, Jakarta.
0 Comments